Minggu, 14 September 2014

Glukosa Darah (Serum/Plasma)

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah :
insulin, glukagon, dan somatostatin.
Insulin dihasilkan oleh sel-sel β, mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini
mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan
glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen
di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan
trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu
metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk
mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa.
Glukagon dihasilkan oleh sel-sel α, meningkatkan sintesis protein dan
menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa)
dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-
sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga
menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang
mendorong sekresi tiroid dan adrenal.
Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang
merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar
gula darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa
menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh
terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.
Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan
yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak
mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes
mellitus. Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa
mempertimbangkan makan terakhir) sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa
plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2
jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi
terjadinya diabetes mellitus.
Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis
glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan
pada sampel puasa. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi kadar
glukosa (mis. diabetes mellitus, kegemukan, akromegali, penyakit hati yang
parah, dsb.) mencerminkan kelainan pada berbagai mekanisme pengendalian
glukosa.
Uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk menguji respons
penderita terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah makan (sarapan
pagi atau makan siang).
Untuk kasus-kasus hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia yang tak jelas,
biasanya dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) . TTG oral dipengaruhi
oleh banyak variable fisiologik dan menjadi subjek dari bahan interpretasi
diagnostik yang berbeda-beda. Uji toleransi glukosa intravena jarang
diindikasikan untuk tujuan diagnosis.


Posted via Blogaway

0 komentar:

Posting Komentar