Kanker servik jadi pembunuh wanita

Tahukah Anda, bahwa dalan setiap jam wanita di Indonesia meninggal akibat kanker serviks atau lebih dikenal dengan kanker mulut rahim. Bahkan dalam setiap menit wanita di seluruh dunia meninggal karna kanker yang mematikan ini.

Beda Hormon LH dan FSH

FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior, sebuah kelenjar kecil yang hadir di bagian bawah otak. FSH pada dasarnya menyebabkan pematangan sel telur di dalam folikel dalam tubuh wanita.

Manfaat Bawang Putih

Khasiat atau manfaat bawang putih ternyata tidak hanya untuk menyedapkan atau sebagai bumbu masakan saja, namun ternyata banyak hal lain yg dapat di manfaatkan dari bawang puth tersebut terutamanya untuk dunia kesehatan.

Toko Kayumanis

Selamat datang di Toko Kayumanis version Online Shop Kami menjual T-shirt, kaos oblong dan jaket T-shirt, kaos oblong dan jaket yang kami jual menggunakan bahan yang berkualitas tinggi, kelebihan dari T-shirt, kaos oblong dan jaket di Toko kami dapat anda tentukan sendiri desainnya, pola ataupun grafisnya sesusai keinginan anda sehingga dapat dipastikan tidak ada T-shirt, kaos oblong dan jaket dari Toko kami yang mempunyai motif yang sama.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 Juni 2014

Penyakit virus Chikungunya atau demam Chikungunya

Chikungunya atau juga disebut penyakit virus Chikungunya atau demam
Chikungunya adalah infeksi virus yang melemahkan, tetapi tidak fatal, yang
disebarkan oleh gigitan nyamuk. Penyakit ini cukup umum terutama di daerah
perkotaan Indonesia. Kata “chikungunya” berasal dari bahasa Swahili/Tanzania
yang berarti “yang meringkuk”. Hal ini mengacu pada postur meringkuk oleh
nyeri sendi (artritis) yang sangat parah pada pasien penyakit ini.
Gejala
Gejala Chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dengue, biasanya
muncul tiba-tiba antara 1-12 hari setelah gigitan nyamuk:
demam
sakit kepala parah
panas dingin
mual dan muntah
sakit parah pada sendi
diare
ruam
Gejala berlangsung selama sekitar tujuh hari. Chikungunya dapat memengaruhi
anak-anak lebih parah. Meskipun nyeri sendi biasanya tidak dirasakan, mereka
lebih cenderung memiliki ruam dibandingkan orang dewasa.
Komplikasi
Komplikasi sangat jarang terjadi. Pada pasien lansia, komplikasi neurologis dan
jantung dan keluhan gastrointestinal dilaporkan terjadi. Penyakit ini jarang
sekali menyebabkan kematian.
Penyebab/Faktor Risiko
Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya, yang diklasifikasikan ke dalam
keluarga Togaviridae, genus Alphavirus . Virus Chikungunya disebarkan oleh
gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina yang terinfeksi (Nyamuk yang juga
menyebabkan demam berdarah dengue). Virus tidak dapat menyebar dari orang
ke orang secara langsung.
Diagnosis
Selain pemeriksaan fisik dan wawancara (anamnesa), diagnosis definitif
Chikungunya ditegakkan dengan pemeriksaan serum darah untuk
mengidentifikasi antibodi virus anti-chikungunya IgM dan IgG. Namun, uji
serologi ini jarang dilakukan.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk chikungunya. Chikungunya adalah penyakit
yang sembuh sendiri ( self-limiting disease). Analgesik (obat penghilang rasa
sakit) dan anti-inflamasi dapat diberikan untuk mengurangi gejala. Orang yang
terinfeksi harus diisolasi dari nyamuk sebanyak mungkin untuk menghindari
penularan infeksi kepada orang lain.
Pencegahan
Tidak ada vaksin virus Chikungunya untuk mencegah infeksi. Pencegahannya
adalah menghindari gigitan nyamuk di siang hari, melakukan pembersihan
sarang nyamuk dan pemberantasan jentik, sama dengan upaya pencegahan
demam berdarah dengue.
Prognosis
Setelah gejala awal menghilang, nyeri sendi dan rasa lelah dapat berlangsung
selama beberapa minggu, bulan atau bahkan tahun. Infeksi tampaknya
memberikan kekebalan abadi sehingga tidak akan berulang di masa depan.


Posted via Blogaway

Minggu, 29 Juni 2014

Pemeriksaan IgG dan IgM pada Demam Berdarah Dengue


Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis
infeksi virus dengue. Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi.
Hasil negatif bisa saja muncul mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada
awal terjadinya infeksi. IgM akan tidak terdeteksi 30-90 hari setelah infeksi,
sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif
memiliki nilai diagnostik bila disertai dengan gejala yang mendukung
terjadinya demam berdarah. Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa
digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder.
Dengue primer
Dengue primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi dengue
sebelumnya. Pada pasien ini dapat dideteksi IgM muncul secara lambat
dengan titer yang rendah.
Dengue Sekunder
Dengue sekunder terjadi pada pasien dengan riwayat paparan virus dengue
sebelumnya. Kekebalan terhadap virus dengue yang sama atau homolog
muncul seumur hidup. Setelah beberapa waktu bisa terjadi infeksi dengan
virus dengue yang berbeda. Pada awalnya akan muncul antibodi IgG, sering
pada masa demam, yang merupakan respon memori dari sel imun. Selain
itu juga muncul respon antibodi IgM terhadap infeksi virus dengue yang
baru.


Posted via Blogaway

Sabtu, 28 Juni 2014

ANTARA NS1 Ag DENGUE DAN IgG/IgM DENGUE


Kasus demam berdarah saat ini kembali meningkat kasusnya di berbagai
daerah. Problem yang berulang setiap tahun ini selalu menimbulkan angka
kematian dan kesakitan yang tinggi di masyarakat. Kegiatan pencegahan
melalui berbagai kegiatan sampai saat ini masih belum memberikan hasil
yang signifikan. Program pemberantasan jentik nyamuk, pengelolaan
lingkungan yang baik, pengasapan dan abatisasi masih menjadi tumpuan
dalam program pemberantasan demam berdarah ini.
Masalah lain yang muncul adalah deteksi dini untuk mengetahui apakah
saat ini seseorang sedang atau pernah terkena infeksi virus dengue. Hal ini
dipersulit dengan gejala infeksi virus dengue yang seperti sakit panas atau
batuk pilek biasa. Gejala spesifik dari infeksi ini juga hampir tidak ada.
Bervariasinya jenis dan serotipe dari virus dengue dengan manifestasi klinis
yang juga bervariasi membuat semakin sulitnya melakukan deteksi dini
penyakit dengue ini.
Pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu penunjang dalam penegakan
diagnosis infeksi virus dengue juga telah mengalami perkembangan yang
cukup signifikan. Mulai dengan pemeriksaan isolasi virus dengue,
pemeriksaan PCR dengue, hingga pemeriksaan cepat seperti IgG/IgM
Dengue dan yang terbaru NS1 Ag Dengue. Masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Saat ini yang menjadi pilihan
adalah IgG/IgM Dengue dan NS1 Ag Dengue karena akurasinya yang bagus,
kecepatan selesai hasil yang cepat, mudahnya cara pemakaian serta biaya
yang relatif murah dibanding pemeriksaan yang lain.
Mengingat jumlah kasus kematian akibat infeksi virus dengue, maka
pemeriksaan cepat atau rapid test ini sangat membantu tenaga medis
dalam menegakkan diagnosis dengue. IgG/IgM Dengue adalah rapid test
yang muncul lebih dulu dibanding NS1 Ag Dengue, pemeriksaan ini
mendeteksi adanya antibodi terhadap virus dengue. Ada dua antibodi yang
dideteksi yaitu Imunoglobulin G dan Imunoglobulin M, dua jenis antibodi ini
muncul sebagai respon tubuh terhadap masuknya virus ke dalam tubuh
penderita. Imunoglobulin G akan muncul sekitar hari ke-4 dari awal infeksi
dan akan bertahan hingga enam bulan pasca infeksi. Atas dasr hal diatas
maka antibodi ini menunjukkan kalau seseorang pernah terserang infeksi
virus dengue, setidaknya dalam enam bulan terakhir.
Imunoglobulin M juga diproduksi sekitar hari ke-4 dari infeksi dengue, tetapi
antibodi jenis ini lebih cepat hilang dari tubuh. Adanya Imunoglobulin M
dalam tubuh seseorang menandakan adanya infeksi akut dengue atau
dengan kata lain menunjukkan kalau penderita sedang terkena infeksi virus
dengue. Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan ini cukup tinggi dalam
menentukan adanya infeksi virus dengue.
Pemeriksaan IgG/IgM anti dengue meskipun cukup baik dalam mendeteksi
adanya infeksi virus dengue dalam tubuh seseorang tapi masih memiliki
kekurangan dalam mendeteksi virus dengue secara dini. Karena yang
diperiksa adalah antibodi terhadap virus dengue dan antibodi baru muncul
hari keempat pasca infeksi, maka pemeriksaan ini seringkali tidak dapat
mendeteksi infeksi virus dengue pada penderita yang mengalami gejala
panas hari ke-0 hingga hari ke-4.Nah baru-baru ini telah ditemukan rapid
test yang mendeteksi adanya antigen dari protein struktural virus dengue.
Untuk mempertahankan hidup, virus dengue memerlukan dukungan dari
protein yang mempertahankan tubuhnya, terutama untuk membantu masuk
dalam sel inang. Protein ini disebut sebagai protein struktural yang
berfungsi sebagai enzim dan katalis dalam upaya virus mempertahankan
hidupnya.
Pemeriksaan NS1 Ag yang berarti nonstruktural 1 antigen adalah
pemeriksaan yang mendeteksi bagian tubuh virus dengue sendiri. Karena
mendeteksi bagian tubuh virus dan tidak menunggu respon tubuh terhadap
infeksi maka pemeriksaan ini dilakukan paling baik saat panas hari ke-0
hingga hari ke -4, karena itulah pemeriksaan ini dapat mendeteksi infeksi
virus dengue bahkan sebelum terjadi penurunan trombosit. Setelah hari
keempat kadar NS1 antigen ini mulai menurun dan akan hilang setelah hari
ke-9 infeksi. Angka sensitivitas dan spesifisitasnya pun juga tinggi. Bila ada
hasil NS1 yang positif menunjukkan kalau seseorang ‘hampir pasti’ terkena
infeksi virus dengue. Sedangkan kalau hasil NS1 Ag dengue menunjukkan
hasil negatif tidak menghilangkan kemungkinan infeksi virus dengue dan
masih perlu dilakukan observasi serta pemeriksaan lanjutan. Ini terjadi
karena untuk mendeteksi virus dengue diperlukan kadar yang cukup dari
jumlah virus dengue yang beredar, sedangkan pada fase awal mungkin
belum terbentuk cukup banyak virus dengue tetapi apabila pengambilan
dilakukan setelah munculnya antibodi maka kadar virus dengue juga akan
turun.
Disinilah diperlukan ketepatan dalam pemilihan waktu dan jenis
pemeriksaan. Apabila panas masih awal pilihan pemeriksaannya adalah NS1
Ag Dengue tetapi apabila sudah melewati hari ke-4 panas maka pilihannya
adalah pemeriksaan IgG/IgM Dengue. Terkadanhg kedua pemeriksaan ini
dilakukan bersamaan terutama saat waktu borderline atau hari ke-3 hingga
hari ke-5 panas. Jadi apabila ada gejala demam berdarah seperti panas
tinggi, kedua pemeriksaan tadi dapat dilakukan disamping pemeriksaan
standar seperti pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kadar trombosit


Posted via Blogaway

Jumat, 27 Juni 2014

Herpes adalah infeksi disebabkan oleh dua virus

Herpes adalah infeksi yang sangat umum. Infeksi ini disebabkan oleh dua virus
yang berbeda tetapi terkait erat. Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) dan herpes
simplex virus tipe 2 (HSV-2). Keduanya mudah menular. Mereka hidup menetap
dalam tubuh dan dapat menghasilkan gejala yang datang dan pergi.
Kedua bentuk herpes dapat menginfeksi daerah mulut, area genital, atau
keduanya. Ketika infeksi aktif di atau dekat mulut, penyakitnya disebut herpes
oral. Herpes oral paling sering disebabkan oleh HSV-1. Ketika infeksi herpes
aktif di atau dekat organ seks, penyakitnya disebut herpes genital. Herpes
genital terutama disebabkan oleh HSV-2. Herpes oral lebih umum dibandingkan
herpes genital.
Nama Lain
Herpes genital, herpes oral, herpes kelamin, herpes mulut, herpes genitalis,
herpes oralis
Gejala
Jutaan orang di Indonesia yang terinfeksi tidak tahu bahwa mereka memiliki
herpes karena mereka tidak pernah memiliki atau melihat, gejalanya.
Kebanyakan infeksi herpes memang tidak menimbulkan gejala. Bila timbul
gejala, gejalanya adalah sebagai berikut: Gejala herpes oral Pada saat
seseorang menderita herpes oral, luka atau lepuhan dapat muncul di bibir atau
di sekitar mulut. Luka ini mungkin juga muncul di dalam mulut, tapi ini biasanya
hanya terjadi pada saat pertama kali gejalanya muncul. Gejala dapat
berlangsung beberapa minggu dan pergi. Mereka dapat kembali dalam beberapa
minggu, bulan, atau tahun. Meskipun mengganggu, gejala biasanya tidak
berbahaya pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, bisa sangat berbahaya
bagi bayi yang baru lahir. Gejala herpes genital Gejala herpes genital yang
paling umum adalah sekelompok luka blister pada vagina, vulva, leher rahim,
penis, pantat, atau anus. Gejala dapat berlangsung beberapa minggu dan pergi.
Mereka mungkin kembali dalam minggu, bulan, atau tahun. Saat pertama gejala
herpes genital muncul disebut "episode pertama" atau "herpes awal." Herpes
awal gejala biasanya lebih terlihat dibandingkan episode berikutnya. Gejala
herpes genital termasuk:
-.lecet
-.perasaan terbakar jika air seni mengalir di atas luka
-.ketidakmampuan untuk buang air kecil jika pembengkakan luka yang parah
-.memblokir uretra
-.gatal
-.luka terbuka
-.nyeri pada daerah yang terinfeksi
Selama herpes awal, gejala juga dapat mencakup
pembengkakan kelenjar di daerah panggul, tenggorokan, dan bawah lengan
demam
panas dingin
sakit kepala
perasaan lemah (malaise), seperti flu
pegal
Gejala-gejala herpes awal biasanya muncul 2 sampai 20 hari setelah terinfeksi.
Tapi mungkin perlu beberapa tahun sebelum gejala pertama muncul. Gejala-
gejala herpes awal biasanya hilang sekitar 2 sampai 4 minggu. Tapi virusnya
tetap berada dalam tubuh, yang meletup ( flare-up ) lagi . Gejala letupan
biasanya sembuh dalam 10 sampai 14 hari. Gejala herpes mungkin lebih
menyakitkan dan lebih lama pada pasien penyakit yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh - seperti leukemia dan HIV.
Diagnosis
Hanya dokter yang dapat mendiagnosis herpes, dengan melakukan pemeriksaan
fisik dan tes laboratorium. Tes darah dapat mengetahui apakah Anda terinfeksi
herpes genital atau oral, bahkan jika Anda tidak memiliki gejala. Dokter juga
dapat mengkonfirmasi infeksi herpes dengan menguji cairan yang diambil dari
luka. Jika Anda memiliki ruam seperti gejala herpes, periksakan sesegera
mungkin. Sangat penting untuk memastikan bahwa itu adalah ruam herpes.
Penyakit menular seksual lain yang serius, seperti sifilis, mungkin terlihat seperti
herpes tetapi perlu perlakuan berbeda.
Cara Penularan
Herpes menyebar dengan sentuhan, ciuman, dan kontak seksual, termasuk seks
vaginal, anal, dan oral. Virus ini dapat ditularkan dari satu pasangan ke yang
lain dan dari satu bagian tubuh ke yang lain. Penularan hanya memerlukan
kontak kulit dengan kulit. Karena herpes mungkin tidak memiliki gejala selama
bertahun-tahun, kadang-kadang sangat sulit untuk mengetahui siapa
menularkan kepada siapa. Meskipun jarang, herpes genital juga dapat menyebar
dari wanita hamil kepada bayinya selama kelahiran vaginal. Herpes paling
menular ketika luka yang terbuka, lembab, atau mengeluarkan cairan. Namun
herpes juga dapat menyebar meskipun tidak ada gejala. Kebanyakan orang
mendapatkan herpes genital dari orang-orang yang tanpa gejala. Sebaliknya,
kebanyakan infeksi herpes oral terjadi pada anak-anak. Lapisan mulut, vagina,
penis, anus, dan mata dapat terinfeksi herpes dengan mudah. Kulit dapat
terinfeksi jika teriris, lecet, terbakar, atau memiliki luka ruam lainnya.


Posted via Blogaway

Rabu, 25 Juni 2014

HERPES SIMPLEKS TIPE II


Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes
Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar
melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf
otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan
lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak
diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal
(Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting
untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh
HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada
saat kehamilan.


Posted via Blogaway

Selasa, 24 Juni 2014

CYTOMEGALOVIRUS (CMV)


Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk
golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus
CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko
tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning,
ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut
atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih
tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan
IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Aviditas anti-CMV IgG merupakan kekuatan ikatan antara anti-CMV IgG dengan
Cytomegalovirus. Aviditas anti-Toxoplasma IgG merupakan kekuatan ikatan
antara anti-Toxoplasma IgG dengan parasit Toxoplasma gondii. Pemeriksaan
aviditas anti-CMV IgG diperlukan untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi.


Posted via Blogaway

Minggu, 22 Juni 2014

RUBELLA


Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan
pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella,
dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi
tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America
College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu,
bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah
tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella
IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan,
dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk
diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella
bawaan.


Posted via Blogaway

Jumat, 20 Juni 2014

Infeksi Toxoplasma


Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip
gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan
masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka
akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul
setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dn
ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan
laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan
IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Aviditas anti-Toxoplasma IgG merupakan kekuatan ikatan antara anti-
Toxoplasma IgG dengan parasit Toxoplasma gondii. Pemeriksaan aviditas anti-
Toxoplasma IgG diperlukan apabila ada dugaan terjadi infeksi Toxoplasma
(ditandai dengan Toxoplasma IgG & IgM positif) pada ibu hamil untuk
memperkirakan kapan infeksi terjadi.
Manfaat Pemeriksaan
Untuk mengetahui apakah infeksi Toxoplasma baru terjadi ataukah telah lama
terjadi, terutama pada masa kehamilan.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi
Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif
pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya
tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

Posted via Blogaway


Posted via Blogaway

Kamis, 19 Juni 2014

Apa yang dimaksud Hepatitis E?


Hepatitis E adalah salah satu jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus
hepatitis E. Penyakit ini dapat sembuh tanpa pengobatan dan tidak memiliki
manifestasi karier atau kronik, tetapi memiliki angka mortalitas yang tinggi,
khususnyA pada ibu hamil.
PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO
Apa sajakah penyebab dan faktor resiko Hepatitis E?
Pada umumnya Hepatitis E terjadi karena penularan virus hepatitis E melalui air
minum yang telah terkontaminasi. Transmisi virus Hepatitis E juga dapat terjadi
melalui konsumsi makanan yang berasal dari hewan yang telah terinfeksi virus
Hepatitis E. Di Jepang, infeksi virus hepatitis E ditularkan melalui konsumsi
daging mentah atau daging rusa dan daging babi hutan yang kurang matang.
Selain itu, study di Amerika menunjukkan prevalensi adanya anti-HEV tertinggi
terdapat pada populasi laki-laki homoseksual (15,9%), pengguna IDU (23,0%)
serta pendonor darah (21,3%).
Bagaimanakah tindakan pencegahan terjadinya Hepatitis E?
Pencegahan hepatitis E khususnya di daerah endemik dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan pasokan makanan, minuman serta sanitasi lingkungan.
Selain itu penggunaan vaksin juga dapat mencegah penularan Hepatitis E



Posted via Blogaway

Rabu, 18 Juni 2014

Pemeriksaan Anti HCV (Hepatitis C)


Pemeriksaan Anti-HCV merupakan pemeriksaan darah untuk mendeteksi
keberadaan antibodi terhadap virus Hepatitis C (HCV). Bila hasil Anti-HCV
positif (reaktif), hal tersebut tidak menunjukkan terbentuknya imunitas tubuh
melainkan sebaliknya, maka sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter
Hepatitis C adalah penyakit menular yang mempengaruhi terutama hati, yang
disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Infeksi ini sering tanpa gejala, tetapi
infeksi kronis dapat menyebabkan parut pada hati dan akhirnya ke sirosis, yang
umumnya terlihat setelah. bertahun-tahun.
HCV disebarkan terutama oleh darah-ke-darah terkait dengan penggunaan
narkoba suntikan, peralatan medis kurang steril dan transfusi. Sebuah
130-170rbu orang diperkirakan di seluruh dunia terinfeksi hepatitis C.
Keberadaan hepatitis C (awalnya "non-A hepatitis non-B") telah dipostulasikan
pada 1970-an dan terbukti pada tahun 1989.
Virologi
Virus hepatitis C (HCV) adalah berbentuk kecil, terbungkus, beruntai tunggal,
positif-sense RNA virus. Ini adalah anggota dari genus hepacivirus dalam
keluarga Flaviviridae. Ada tujuh genotipe HCV utama, yang ditunjukkan secara
numerik dari satu sampai tujuh di Amerika Serikat, sekitar 70% dari kasus
disebabkan oleh genotipe 1, 20% dengan genotipe 2,. dan sekitar 1% oleh
masing-masing genotipe lainnya. genotipe 1 juga yang paling umum di Amerika
Selatan dan Eropa.
Diagnosa
Ada beberapa tes diagnostik untuk hepatitis C termasuk:. Enzyme
immunoassay antibodi HCV atau ELISA, rekombinan uji imunoblot, dan
kuantitatif HCV RNA polymerase chain reaction (PCR) [5] RNA HCV dapat
dideteksi dengan PCR biasanya satu sampai dua minggu setelah infeksi,
sedangkan antibodi dapat mengambil jauh lebih lama untuk membentuk dan
dengan demikian dideteksi.
Serologi
Pengujian hepatitis C biasanya dimulai dengan tes darah untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap HCV menggunakan enzyme immunoassay . Jika tes
ini positif, uji konfirmasi selanjutnya dilakukan untuk memverifikasi
immunoassay dan untuk menentukan viral load. Sebuah uji imunoblot
rekombinan digunakan untuk memverifikasi immunoassay dan viral load
ditentukan oleh reaksi rantai polimerase RNA HCV. Jika tidak ada RNA dan
imunoblot positif itu berarti bahwa orang tersebut mengalami infeksi
sebelumnya namun memberantas itu. baik dengan pengobatan atau spontan;.
jika imunoblot negatif, berarti immunoassay itu salah ini membutuhkan waktu
sekitar 6-8 minggu setelah infeksi sebelum immunoassay akan dites positif


Posted via Blogaway

Selasa, 17 Juni 2014

Antibodi Virus Hepatitis A (Anti HAV)


Virus hepatitis A merupakan Enterovirus RNA berukuran 27 nm, bentuk kubus dan simetris.
Penyakit hepatitis A dulu dinamakan hepatitis infeksiosa atau hepatitis berinkubasi pendek.
Penularan virus hampir selalu melalui jalur fekal-oral. Masa inkubasi untuk HAV biasanya 2-6 minggu. HAV tidak tidak berhubungan dengan penyakit hati kronis.
Diagnosis hepatitis A dibuat atas pengamatan klinis dan laboratorium.
Penderita lesu, anoreksia, demam dan mual. Aminotransferase dan bilirubinemia hampir selalu ada; fosfatase alkali dan bilirubin direk sering tinggi. Diagnosis pasti ditegakkan dengan uji serologis. IgM anti-HAV bermanfaat untuk mendiagnosis infeksi sedang terjadi. IgM anti-HAV muncul pada awal infeksi dan menghilang dalam 2 sampai 3 bulan. IgG anti-HAV timbul pada masa pasca infeksi atau pemulihan (>4 minggu), dan biasanya menetap seumur hidup. Pemeriksaan untuk anti-HAV total sebaiknya digunakan untuk menyaring infeksi lama dannpembuktian adanya imunitas pada orang yang mengunjungi daerah berisiko tinggi atau melakukan pekerjaan berisiko tinggi.


Posted via Blogaway

Senin, 16 Juni 2014

HBeAg adalah

Hepatitis B e antigen (HBeAg) dan antibodi-antibodinya, anti-HBe, adalah
penanda-penanda (markers) yang bermanfaat untuk menentukan kemungkinan
penularan virus oleh seseorang yang menderita infeksi virus hepatitis B kronis.
Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam darah biasanya adalah
eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti aktivitas
virus yang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya,
sedangkan kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak
aktif dari virus dan risiko penularan yang lebih kecil.
Pada beberapa individu-individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis B,
material genetik untuk virus telah menjalankan suatu perubahan struktur yang
tertentu, disebut suatu mutasi pre-core. Mutasi ini berakibat pada suatu
ketidakmampuan virus hepatitis B untuk menghasilkan HBeAg, meskipun
virusnya reproduksi/replikasi secara aktif. Ini berarti bahwa meskipun tidak ada
HBeAg yang terdeteksi dalam darah dari orang-orang dengan mutasi, virus
hepatitis B masih tetap aktif pada orang-orang ini dan mereka dapat
menularkan pada yang lain-lainnya.

HBeAg adalah antigen yang beredar didalam darah dan lebih terkait
dengan core virus. apabila ia positif (+), berarti terjadi sintesis virus
dan adanya infeksi yang terus berlanjut.
Apabila kadar (+) nya lebih dari 10 minggu maka ia akan berlanjut ke
hepatitis B kronik. apabila kondisi tubuh baik dan timbul antibodi
maka HBeAg biasanya menjadi negatif (-). Dalam epidemiologi
pemeriksaan HBeAg sangat diperlukan untuk melihat tingkat
penyebaran/penularan, karena HBeAg (+) diperkirakan mempunyai
potensi untuk menularkan secara vertikal maupun horizontal.


Posted via Blogaway

Minggu, 15 Juni 2014

Anti-HBc

Hepatitis B core antigen hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat
terdeteksi dalam darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis
B core antigen dalam hati mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang
berlangsung. Ini berarti bahwa virusnya aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core
antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core (anti-HBc), bagaimanapun,
terdeteksi dalam darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-
antibodi anti-HBc (IgM dan IgG) dihasilkan.
Pemeriksaan anti-HBc merupakan deteksi adanya antibodi terhadap antigen
bagian inti/core HBV. Anti-HBc adalah penanda infeksi HBV yang paling lama
berada di dalam darah, bahkan satu-satunya penanda pada masa
"jendela" ("core window") yaitu masa di mana HBsAg sudah menghilang tapi
anti-HBs belum muncul sehingga menjadi satu-satunya pengenal infeksi HBV.
IgM anti-HBc adalah suatu penanda/indikator (marker/indicator) untuk infeksi
hepatitis B akut. IgM anti-HBc ditemukan dalam darah selama infeksi akut dan
berlangsung sampai enam bulan setelah timbulanya gejala-gejala. IgG anti-HBc
berkembang selama perjalanan infeksi virus hepatitis B akut dan menetap
seumur hidup, tidak perduli apakah individunya sembuh atau mengembangkan
infeksi kronis. Sesuai dengan itu, hanya tipe IgM dari anti-HBc dapat digunakan
secara spesifik untuk mendiagnosis suatu infeksi virus hepatitis B akut. Selain
itu, menentukan hanya total anti-HBc (tanpa memisahkan kedua komponennya)
adalah sangat tidak bermanfaat.


Posted via Blogaway

Sabtu, 14 Juni 2014

Anti HBs


Anti HBs merupakan antibodi spesifik untuk HBsAg, muncul di darah 1 sampai 4
bulan setelah terinfeksi virus hepatitis B. Anti HBs diinterpretasikan sebagai
kekebalan atau dalam masa penyembuhan penyakit hepatitis B. Antibodi ini
memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B.
Tes anti-Hbs positif juga dapat berarti seseorang pernah mendapat vaksin
hepatitis B atau immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang
mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-Hbs posistif pada individu yang tidak
pernah mendapat imunisasi hepatatitis B menunjukkan bahwa individu tersebut
pernah terinfeksi virus hepatitis B.
Dulu, diperkirakan HBsAg dan anti HBs tidak mungkin dijumpai bersama-sama,
namun ternyata sepertiga carrier HBsAg juga memiliki anti-HBs. Hal ini dapat
disebabkan oleh infeksi simultan dengan sub-tipe yang berbeda.
Manfaat Pemeriksaan
Uji saring pra vaksinasi Hepatitis B, Bersamaan dengan pemeriksaan HBsAg
yang dilakukan secara periodik dapat untuk memastikan viral clearance.


Posted via Blogaway

Jumat, 06 Juni 2014

HBsAg


HBsAg adalah penanda awal infeksi Hepatitis B. Bila HBsAg menetap dalam
darah > 6 bulan, berarti telah terjadi infeksi kronis.
Pada infeksi virus Hepatitis B (VHB), hepatitis B surface antigen (HBsAg)
merupakan petanda serologik infeksi VHB pertama yang muncul di dalam
serum (3, 12) dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca
infeksi, mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT.
Selanjutnya HBsAg merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3
– 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai
6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap
terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan (3). Selain merupakan selubung luar
partikel Dane, HBsAg juga merupakan selubung partikel bulat dan partikel
tubuler yang masing-masing tidak mengandung protein core serta HBV
DNA.
Manfaat Pemeriksaan
-. Mendeteksi dan mendiagnosis infeksi Hepatitis B;
-. Uji skrining donor darah dan pra-vaksinasi Hepatitis B; dan
-. Memantau viral clearance.
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi VHB, baik untuk
keprluan klinis maupun epidemiologik.


Posted via Blogaway

Selasa, 03 Juni 2014

Imunoserologi


Imunoserologi adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari:
Identifikasi terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah putih yang berespon terhadap antigen , protein asing di dalam tubuh. Investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalanntubuh seperti penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem
kekebalan tubuh berubah melawan jaringan tubuh sendiri dan kelainan imunodefisiensi yaitu ketika sistem kekebalan tubuh kurang aktif. Mempelajari kecocokkan organ untuk transplantasi.

Imunologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup
kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme .
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam
keadaan sehat maupun sakit; malafungsi sistem imun pada gangguan imunologi
( penyakit autoimun , hipersensitivitas , defisiensi imun, penolakan allograft);
karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in
vitro, in situ , dan in vivo . Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai
disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

Serologi
Serologi ialah ilmu yang mempelajari reaksi antigen antibody secara invitro
Untuk dapat menegakkan diagnose suatu penyakit infeksi:kita harus dapat
mengisolasi atau menemukan kuman penyebabnya. Proses isolasi atau
menemukan kuman tersebut memakan waktu yang cukup lama dan sulit dalam
pelaksanaannya. Apabila sebuah kuman masuk kedalam tubuh kita maka kuman
tersebut akan merupakan suatu antigen (benda asing)bagi tubuh kita dan
selanjutnya akan merangsang tubuh kitauntuk membentuk antibody terhadap
kuman tersebut. Dengan dapat ditemukannya antibody tersebut dalam tubuh
kita, mka hal ini akan membantu kita dalam menegakkan diagnose suatu
penyakit infeksi. Proses untuk menemukan atau mendeteksi adanya antigen dan
antibody tersebut yang selanjutnya kita kenal dengan pemeriksaan serologi.
Beberapa panel yang umum untuk pemeriksaan Imunoserologi :
-. Hepatitis
-. Torch
-. Rematik
-. Penyakit menular seksual
-. Infeksi lain


Posted via Blogaway

Senin, 02 Juni 2014

Pengukuran Amilase vs. Lipase

Amilase dan lipase adalah enzim-enzim pencernaan yang diproduksi oleh pankreas.
Tes amilase dan lipase digunakan untuk membedakan apendisitis akut dari pankreatitis
akut. Kedua tes dilakukan pada darah, tetapi amilase juga dapat diuji dari sampel urin.
Peningkatan kedua enzim ini mengindikasikan adanya gondok, gagal ginjal, penyakit hati
alkoholik, atau kondisi lainnya.

Kadar Lab Normal
Kadar normal amilase dan lipase dapat berbeda dari satu laboratorium ke
yang lain, namun kadar tersebut biasanya tetap mampu memberikan
gambaran tentang rentang yang dapat diterima.
Setiap laboratorium akan memberikan rentang normal mereka sendiri sebagai
referensi.
Kadar normal amilase umumnya berkisar dari 30 hingga 100 U/liter pada
orang dewasa, sementara nilai normal untuk lipase adalah 10-140 U/liter.
Banyak pengobatan dan kondisi medis memengaruhi hasil pengukuran.
Pengencer darah, narkotika, diabetes, penyakit ginjal, tekanan darah tinggi,
dan kolesterol tinggi bisa memengaruhi tes sehingga hasilnya tidak lagi
akurat.

Penyebab Peningkatan Amilase
Pankreatitis akut adalah salah satu penyebab paling umum meningkatnya
amilase. Penyebab lain kadar amilase yang meningkat termasuk obstruksi
duktus pankreas, penggunaan alkohol, gondok, penyakit ginjal, dan tukak
lambung.
Tingkat amilase pada pankreatitis akut akan mulai naik 2-12 jam setelah
onset nyeri perut yang parah.
Kenaikan tingkat amilase bisa mencapai enam kali rentang normal. Kenaikan
tertinggi akan terjadi dalam rentang 12 sampai 72 jam, dan kembali normal
dalam empat hari.

Penyebab Penurunan Amilase
Kadar amilase yang lebih rendah dari normal mengindikasikan kerusakan
hati atau pankreatitis serta fibrosis kistik.
Penyebab Peningkatan Lipase
Pankreas adalah satu-satunya organ dalam tubuh yang mengeluarkan lipase.
Itu sebab, peningkatan kadar lipase menunjukkan adanya gangguan
pankreas.
Lipase disimpan dalam jaringan pankreas dan dilepaskan ketika terjadi
kerusakan pada pankreas.
Tingkat tinggi lipase juga menunjukkan gagal ginjal, karena ginjal
menyekresikan lipase. Seperti amilase, banyak obat yang dapat meningkatkan
level lipase.

Pengukuran Amilase vs. Lipase
Amilase dan lipase biasanya diperiksa untuk mendiagnosis pankreatitis.
Hanya saja, menggunakan pengukuran lipase dianggap lebih akurat.
Namun perlu diingat bahwa diagnosa tidak boleh hanya didasarkan pada
pemeriksaan kedua enzim ini saja. Pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, dan
riwayat pengobatan juga perlu diperhatikan dalam diagnosa.


Posted via Blogaway

Minggu, 01 Juni 2014

PROCALCITONIN PADA SEPSIS

Sepsis didefinisikan sebagai respon sistemik tubuh terhadap infeksi. Infeksi
yang disebabkan mikroorganisme atau germ (umumnya bakteri) masuk dalam
tubuh, dan terbatas di bagian tubuh (misal: abses gigi) atau menyebar
keseluruh peredaran darah (disebut septikemia) atau “keracunan darah”.
Semua orang dapat berisiko sepsis karena infeksi ringan (misal influenza, infeksi
saluran kencing, gastroenteritis dll). Sepsis dapat terjadi pula pada orang
termuda (bayi premature) atau orang tua, sistem kekebalan (system immune)
lemah (compromised), pengobatan kemoterapi, steroid untuk keadaan
peradangan (inflamasi), mempunyai kebiasaan peminum alkohol atau obat,
mendapat pengobatan atau pemeriksaan (kateter iv, tirisan/drain luka, kateter
kemih (urin), kemudahan menderita sepsis karena faktor genetik. Sepsis sering
terjadi di rumah sakit sebab kemajuan teknik kedokteran berkaitan dengan
pengobatan. Jumlah penderita tua atau lemah dan penderita dengan penyakit
lain yang menyertai kanker dan memerlukan pengobatan. Pemakaian antibiotika
yang luas, yang mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme yang menjadi
rentan (resisten) obat.

Sepsis dibedakan atas tiga bentuk yaitu:
1. Sepsis tanpa penyulit (komplikasi) yaitu sepsis akibat influenza atau infeksi
virus lain, gastroenteritis biasanya penderita tidak perlu rawat inap.
2. Sepsis berat, perkiraan 750.000 perorang menderita sepsis berat di Amerika
utara tiap tahun, hampir sama di Eropa. Semua memerlukan perawatan di
rumah sakit. Sepsis berat bila terdapat gabungan dengan satu atau lebih organ
penting (vital) misal jantung, paru, ginjal atau hati (kematian sekitar 30 sampai
35%).
3. Renjatan sepsis (Shock). Terjadi renjatan sepsis bila komplikasi dengan
tekanan darah tinggi tidak tanggap terhadap pengobatan standar (pemberian
cairan) dan menyebabkan masalah dari organ vitalnya. Sehingga tubuh tidak
cukup menerima oksigen, penderita perlu perawatan intensif, kematian mencapai
50%.

Diagnosis infeksi bakteri pada penderita berpenyakit kritis masih sulit, karena
keadaan non infeksi lain yang dapat menurunkan tanggap inflamasi (contohnya:
trauma, pembedahan besar dan luka bakar). Parameter klinis dan laboratorium
yang lazimnya (konvensional) untuk diagnosis infeksi kurang sensitif dan
spesifik padahal diagnosis harus sejalan dengan parameter biologis. Selama
beberapa tahun terakhir pada banyak literatur, beberapa petanda pemeriksaan
telah diuji sebagai suatu tanda yang sesuai dengan infeksi dan sepsis, tetapi
tidak satupun petunjuk (indikator) yang dapat menentukan infeksi bakteri akut
atau proses inflamasi bukan karena infeksi. Indikator itu di antaranya C-reactive
protein, Procalcitonin(PCT), Interleukin (IL)-6, IL-8, IL-10,dan Tumor Necrosis
Factor. Di antara beberapa parameter tersebut, yang paling bermakna dalam
menggambarkan  penyakit, syok septic dan gagal multi organ adalah
IL-6, IL-8 dan PCT.

Sejak awal tahun 1990-an procalcitonin (PCT) pertama kali digambarkan
sebagai tanda spesifik infeksi bakteri. Kepekatan serum procalcitonin meningkat
saat inflamasi sistemik, khususnya ketika hal tersebut disebabkan oleh infeksi
bakteri. Procalcitonin ialah prohormon calcitonin, kadarnya meningkat saat
sepsis dan sudah dikenali sebagai petanda penyakit infeksi sebab penyakit
berat. Kepekatan PCT dapat mencapai 1000 ng/ml saat sepsis berat dan syok
sepsis. Namun demikian, sumber asal PCT selama sepsis belum jelas, apakah
nilai kadar PCT dapat membedakan antara penyakit infeksi dan non infeksi.
Pada keadaan fisiologis, kadar procalcitonin rendah bahkan tidak terdapati
(dalam ng/ml), tetapi akan meningkat bila terjadi bakteremia atau fungimia
yang timbul sesuai dengan berat infeksi. Tetapi pada temuan beberapa peneliti
peningkatan procalcitonin terdapat juga pada keadaan bukan infeksi, selain itu
juga merupakan pengukuran yang lebih sensitif dibandingkan dengan beberapa
uji laboratorik lain. Misalnya laju endap darah (LED), perhitungan lekosit dan C
reactive protein sebagai sarana bantu diagnosis sepsis bakteri . Pada telaah
pustaka ini akan dibahas manfaat procalcitonin dan pemeriksaan untuk
kepentingan diagnostik penyakit.

SINTESIS DAN STRUKTUR BIOKIMIAWI
Procalcitonin (PCT) adalah peptide yang terdiri dari 116 asam amino protein.
PCT secara enzimatis didegradasi menadi peptide berat molekul rendah dengan
produk akhir terdiri dari 32 asam amino dan disebut Calcitonin. Sintesis PCT
diatur oleh gen Calc-1 terletak pada kromosom 11. Pada individu sehat
produksi PCT dan kemudian calcitonin terjadi dalam sel-C tiroid. Dalam kondisi
inflamasi sistemik, yang memicu produksi mediator inflamasi di mana-mana
termasuk PCT oleh sel nonneuroendocrine seluruh tubuh. Induksi Calc-1
transkripsi dan ekspresi mRNA calcitonin telah ditunjukkan dalam jaringan
ekstra-thyroidal, termasuk hati, ginjal, pankreas, adiposa dan sel darah putih.
Stimulus untuk transkripsi gen dan sekresi PCT tampaknya baik secara
langsung melalui racun mikroba dan secara tidak langsung melalui mediator
inflamasi, seperti IL-1, IL-6 dan TNF. Dalam keadaan normal, PCT didegradasi
dan tidak ada yang dilepaskan ke dalam aliran darah, oleh karena itu, tingkat
PCT yang tidak terdeteksi ( <0,05 ng / ml) pada individu sehat. Namun,
peningkatan yang signifikan pada konsentrasi plasma PCT telah terdeteksi
selama infeksi berat dengan manifestasi sistemik.
Molekul PCT sangat stabil baik dalam kondisi in vivo maupun in vitro,berbeda
dengan waktu paruh calcitonin yang pendek (10 menit), PCT memiliki waktu
paruh yang panjang yaitu 25 - 30 jam dalam serum. Salah satu keunggulan
utama dari PCT dibandingkan dengan parameter lainnya adalah meningkat pada
awal infeksi dan sangat spesifik yang dapat diamati 3-6 jam setelah terkena
infeksi.


Posted via Blogaway