Minggu, 01 Juni 2014

PROCALCITONIN PADA SEPSIS

Sepsis didefinisikan sebagai respon sistemik tubuh terhadap infeksi. Infeksi
yang disebabkan mikroorganisme atau germ (umumnya bakteri) masuk dalam
tubuh, dan terbatas di bagian tubuh (misal: abses gigi) atau menyebar
keseluruh peredaran darah (disebut septikemia) atau “keracunan darah”.
Semua orang dapat berisiko sepsis karena infeksi ringan (misal influenza, infeksi
saluran kencing, gastroenteritis dll). Sepsis dapat terjadi pula pada orang
termuda (bayi premature) atau orang tua, sistem kekebalan (system immune)
lemah (compromised), pengobatan kemoterapi, steroid untuk keadaan
peradangan (inflamasi), mempunyai kebiasaan peminum alkohol atau obat,
mendapat pengobatan atau pemeriksaan (kateter iv, tirisan/drain luka, kateter
kemih (urin), kemudahan menderita sepsis karena faktor genetik. Sepsis sering
terjadi di rumah sakit sebab kemajuan teknik kedokteran berkaitan dengan
pengobatan. Jumlah penderita tua atau lemah dan penderita dengan penyakit
lain yang menyertai kanker dan memerlukan pengobatan. Pemakaian antibiotika
yang luas, yang mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme yang menjadi
rentan (resisten) obat.

Sepsis dibedakan atas tiga bentuk yaitu:
1. Sepsis tanpa penyulit (komplikasi) yaitu sepsis akibat influenza atau infeksi
virus lain, gastroenteritis biasanya penderita tidak perlu rawat inap.
2. Sepsis berat, perkiraan 750.000 perorang menderita sepsis berat di Amerika
utara tiap tahun, hampir sama di Eropa. Semua memerlukan perawatan di
rumah sakit. Sepsis berat bila terdapat gabungan dengan satu atau lebih organ
penting (vital) misal jantung, paru, ginjal atau hati (kematian sekitar 30 sampai
35%).
3. Renjatan sepsis (Shock). Terjadi renjatan sepsis bila komplikasi dengan
tekanan darah tinggi tidak tanggap terhadap pengobatan standar (pemberian
cairan) dan menyebabkan masalah dari organ vitalnya. Sehingga tubuh tidak
cukup menerima oksigen, penderita perlu perawatan intensif, kematian mencapai
50%.

Diagnosis infeksi bakteri pada penderita berpenyakit kritis masih sulit, karena
keadaan non infeksi lain yang dapat menurunkan tanggap inflamasi (contohnya:
trauma, pembedahan besar dan luka bakar). Parameter klinis dan laboratorium
yang lazimnya (konvensional) untuk diagnosis infeksi kurang sensitif dan
spesifik padahal diagnosis harus sejalan dengan parameter biologis. Selama
beberapa tahun terakhir pada banyak literatur, beberapa petanda pemeriksaan
telah diuji sebagai suatu tanda yang sesuai dengan infeksi dan sepsis, tetapi
tidak satupun petunjuk (indikator) yang dapat menentukan infeksi bakteri akut
atau proses inflamasi bukan karena infeksi. Indikator itu di antaranya C-reactive
protein, Procalcitonin(PCT), Interleukin (IL)-6, IL-8, IL-10,dan Tumor Necrosis
Factor. Di antara beberapa parameter tersebut, yang paling bermakna dalam
menggambarkan  penyakit, syok septic dan gagal multi organ adalah
IL-6, IL-8 dan PCT.

Sejak awal tahun 1990-an procalcitonin (PCT) pertama kali digambarkan
sebagai tanda spesifik infeksi bakteri. Kepekatan serum procalcitonin meningkat
saat inflamasi sistemik, khususnya ketika hal tersebut disebabkan oleh infeksi
bakteri. Procalcitonin ialah prohormon calcitonin, kadarnya meningkat saat
sepsis dan sudah dikenali sebagai petanda penyakit infeksi sebab penyakit
berat. Kepekatan PCT dapat mencapai 1000 ng/ml saat sepsis berat dan syok
sepsis. Namun demikian, sumber asal PCT selama sepsis belum jelas, apakah
nilai kadar PCT dapat membedakan antara penyakit infeksi dan non infeksi.
Pada keadaan fisiologis, kadar procalcitonin rendah bahkan tidak terdapati
(dalam ng/ml), tetapi akan meningkat bila terjadi bakteremia atau fungimia
yang timbul sesuai dengan berat infeksi. Tetapi pada temuan beberapa peneliti
peningkatan procalcitonin terdapat juga pada keadaan bukan infeksi, selain itu
juga merupakan pengukuran yang lebih sensitif dibandingkan dengan beberapa
uji laboratorik lain. Misalnya laju endap darah (LED), perhitungan lekosit dan C
reactive protein sebagai sarana bantu diagnosis sepsis bakteri . Pada telaah
pustaka ini akan dibahas manfaat procalcitonin dan pemeriksaan untuk
kepentingan diagnostik penyakit.

SINTESIS DAN STRUKTUR BIOKIMIAWI
Procalcitonin (PCT) adalah peptide yang terdiri dari 116 asam amino protein.
PCT secara enzimatis didegradasi menadi peptide berat molekul rendah dengan
produk akhir terdiri dari 32 asam amino dan disebut Calcitonin. Sintesis PCT
diatur oleh gen Calc-1 terletak pada kromosom 11. Pada individu sehat
produksi PCT dan kemudian calcitonin terjadi dalam sel-C tiroid. Dalam kondisi
inflamasi sistemik, yang memicu produksi mediator inflamasi di mana-mana
termasuk PCT oleh sel nonneuroendocrine seluruh tubuh. Induksi Calc-1
transkripsi dan ekspresi mRNA calcitonin telah ditunjukkan dalam jaringan
ekstra-thyroidal, termasuk hati, ginjal, pankreas, adiposa dan sel darah putih.
Stimulus untuk transkripsi gen dan sekresi PCT tampaknya baik secara
langsung melalui racun mikroba dan secara tidak langsung melalui mediator
inflamasi, seperti IL-1, IL-6 dan TNF. Dalam keadaan normal, PCT didegradasi
dan tidak ada yang dilepaskan ke dalam aliran darah, oleh karena itu, tingkat
PCT yang tidak terdeteksi ( <0,05 ng / ml) pada individu sehat. Namun,
peningkatan yang signifikan pada konsentrasi plasma PCT telah terdeteksi
selama infeksi berat dengan manifestasi sistemik.
Molekul PCT sangat stabil baik dalam kondisi in vivo maupun in vitro,berbeda
dengan waktu paruh calcitonin yang pendek (10 menit), PCT memiliki waktu
paruh yang panjang yaitu 25 - 30 jam dalam serum. Salah satu keunggulan
utama dari PCT dibandingkan dengan parameter lainnya adalah meningkat pada
awal infeksi dan sangat spesifik yang dapat diamati 3-6 jam setelah terkena
infeksi.


Posted via Blogaway

0 komentar:

Posting Komentar